website untuk caleg - Dalam dunia politik jaman now, sosial media (sosmed) memang tidak lagi dapat di anggap remeh. Pikirkan, seseorang calon wagub sangat terpaksa (atau dipaksa?) mundur beberapa waktu mendekati pendaftaran dikarenakan dua lembar photo seronok yang belumlah terkonfirmasi kebenarannya. Sosmed memang kejam, kata orang sono.
Mendekati Pemilihan kepala daerah serentak di beberapa daerah pada 2018, beberapa calon telah mulai ancang-ancang lakukan kampanye di sosial media. Ada yang langkah pemakaian medosnya telah benar, mempersiapkan team sosmed yang betul-betul profesional serta andal. Akan tetapi semakin banyak calon yang asal miliki sosmed. Jadilah situs facebooknya cuma dibanjiri foto-foto pekerjaan yang sepi engagement; tidak berhasil menarik simpati audience.
Waktu lalu, di depan calon bupati & wakil bupati dalam suatu daerah di Jawa timur, kebetulan saya disuruh untuk mempresentasikan cara, skema, tehnologi & taktik kampanye yang benar melalui sosial media.
Utamanya, memakai sosial media menjadi fasilitas kampanye mesti mempunyai trik-trik sendiri untuk menggandeng massa. Tersebut ringkasan yang saya paparkan saat itu:
Inspirasi yang Menjual
Kandiat mesti miliki ide yang jual, bukan murahan serta mesti original. Berarti inspirasi yang dibuang di sosmed mesti dapat menarik simpati massa. Tidak kalah terpenting, pemakaian narasinya harus pas serta unik hingga nancep dalam benak audience. Oke Oce ialah salah satunya contoh bagaimana satu inspirasi brilian yang dipadukan dengan cerita yang pas dapat menggandeng massa.
Sensitif Pada Rumor Sosial
Seseorang calon kepala daerah selalu harus tahu serta sensitif pada desas-desus faktual yang berkembang di penduduk. Ia mesti dapat rasakan denyut kehidupan penduduk dengan cara langsung. Dari sanalah calon mendapatkan bahan untuk bangun cerita kampanye yang dapat menggerakkan massa untuk mensupport program-programnya.
Fast Respons
Ini prasyarat terpenting; calon mesti fast tanggapan pada audiance di media sosialnya. Banyak saya perhatikan, setelah melempar status di sosial media, beberapa calon kelihatannya tidak lagi melihat komentar audience. Karena itu, sebatas perkataan terima kasih bla.. bla.. bla.. itu sangat begitu terpenting supaya audience terasa jika mereka dilihat.
Diluar itu, calon dapat juga memohon input, pendapat, tanggapan pada audiencenya, ihwal apakah yang mereka perlukan untuk perkembangan daerahnya.
Janganlah Berlebihan
Alami saja. Janganlah terlalu berlebih lakukan pencitraan. Warganet saat ini sangatlah pintar menilainya manakah yang sebatas pencitraan serta manakah yang orisinal. Yang lebih terpenting ialah bagaimana audience tahu jika kamu tengah memperjuangkan kebutuhan mereka. Berikut yang harus dikampanyekan dengan masif, pasti lewat cara mewah.
Team Sosmed yang Handal
Tentunya seseorang calon mustahil bekerja sendirian mengurus channel Medsosnya. Ia mesti mempunyai team sosmed yang kuat serta kuasai seluk-beluk beberapa channel Sosmed. Team berikut yang akan mengkaji jalannya kampanye di sosmed, memberikan advis, serta terkadang memerhatikan gerakan pesaing.
Yes, seperti akan berperang di masa moderen, sosial media ialah perangkat atau senjata yang begitu efisien untuk memenangi pertarungan merampas hati pemilih. Piranti kampanye offline seperti baliho/spanduk saja kurang. Jaman telah berjalan menuju online.